MENGENAL UTUH BOMBANA


Sejarah Singkat

BOMBANA dikenal sebagai wilayah Moronene, salah satu etnis di Sulawesi Tenggara. dimitoskan sebagai Negeri Dewi Padi (Dewi Sri). Konon, sang dewi pernah turun di sebuah tempat yang belakangan disebut Tau Bonto (Saat ini lebih dikenal dengan Penulisan Taubonto). Dalam bahasa Moronene, 'tau bonto' berarti tahun pembusukan, karena ketika Dewi Padi itu turun di tempat tersebut, produksi padi ladang melimpah ruah, sehingga penduduk kewalahan memanennya. Akibatnya, banyak padi tertinggal dan membusuk. Padahal, luasan ladang yang dibuka tak seberapa, hanya beberapa hektar saja untuk setiap keluarga.
Dewi Shri atau Dewi Sri adalah dewi percocok tanaman , terutama padi dan sawah  di pulau jawa dan Bali. Ia memiliki pengaruh di dunia bawah tanah dan terhadap Bulan. Ia juga dapat mengontrol bahan makanan di Bumi dan kematian. Karena ia merupakan simbol bagi padi, ia juga dipandang sebagai ibu kehidupan. Sebagai tokoh yang sangat diagung-agungkan, ia memiliki berbagai versi cerita, kebanyakan melibatkan Dewi Sri (Dewi Asri, Nyi Pohaci) dan saudara laki-lakinya Sedana (Sadhana atau Sadono), dengan latar belakang Kerajaan Medang Kamulan, atau kahyangan (dengan keterlibatan dewa-dewa seperti Batara Guru), atau kedua-duanya.
Di beberapa versi, Dewi Sri dihubungkan dengan ular sawah sedangkan Sadhana dengan burung sriti. Orang Jawa tradisional memiliki tempat khusus di tengah rumah mereka untuk Dewi Sri agar mendapatkan kemakmuran yang dihiasi dengan ukiran ular. Di masyarakat pertanian, ular yang masuk ke dalam rumah tidak diusir karena ia meramalkan panen yang berhasil, sehingga malah diberi sesajen. Di Bali, mereka menyediakan kuil khusus untuk Dewi Sri di sawah. Orang Sunda memiliki perayaan khusus dipersembahkan untuk Dewi Sri.
Taubonto menjadi pusat Pemerintahan di zaman kekuasaan mokole, gelar raja di wilayah Moronene pada masa lalu. Di masa pemerintahan swapraja Buton pasca kemerdekaan, wilayah kekuasaan mokole berubah menjadi wilayah distrik, selanjutnya menjadi kecamatan.
Secara historis, wilayah Moronene di daratan besar jazirah Sulawesi Tenggara, mencakup sebagian Watubangga di Kabupaten Kolaka sekarang. Namun, yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Buton (waktu itu), hanya Kecamatan Poleang Barat dan Kecamatan Rumbia. Saat itu telah berkembang menjadi empat kecamatan. Dua kecamatan tambahan sebagai hasil pemekaran adalah Poleang Timur dan Kecamatan Kecamatan Rarowatu berpusat di Taubonto.
Pulau Kabaena juga termasuk wilayah Moronene, sebab penduduk asli pulau penghasil gula merah itu adalah suku Moronene. Meski demikian, pemerintahan mokole di Kabaena bersifat otonom, tidak ada hubungan struktural maupun hubungan afiliatif dengan kekuasaan mokole di daratan besar, akan tetapi hubungan kekerabatan di antara mokole dan rakyat sangat erat.
Kekuasaan mokole di Kabaena berada di bawah kontrol Kesultanan Butona, seperti halnya mokole lainnya di daratan besar jazirah Sulawesi Tenggara. Sultan Buton menempatkan petugas keraton di Kabaena yang bergelar Lakina Kobaena. Karena itu, secara struktural, Kabaena lebih dekat dengan Buton.

Keadaan Wilayah

Luas Wilayah

Kabupaten Bombana mempunyai wilayah daratan seluas 2.845,36 km² atau 284.536 ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas 11.837,31 km². Letak Geografis Kabupaten Bombana terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan diantara antara 4°30' – 6°25' Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur antara 120°82' – 122°20' Bujur Timur.

Batas Wilayah

Wilayah Kabupaten Bombana berbatasan dengan:
  • Sebelah Utara               : Kabupaten Kolaka dan Konawe Selatan,
  • Sebelah Timur              : Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton,
  • Sebelah Selatan            : Laut Flores
  • Sebelah Barat               :Teluk Bone

Pemerintahan Daerah

Kabupaten Bombana sebelumnya menjadi bagian dari wilayah pemerintahanKabupaten Buton, namun pada tahun 2003 wilayah ini resmi menjadi sebuah daerah otonom. Kabupaten Bombana terdiri dari 7 kecamatan yaitu:
  1. Kecamatan Kabaena
  2. Kecamatan Kabaena Timur
  3. Kecamatan Poleang
  4. Kecamatan Poleang Barat
  5. Kecamatan Poleang Timur
  6. Kecamatan Rarowatu
  7. Kecamatan Rumbia
Pjs Bupati Kabupaten Bombana yang pertama adalah dr. Syafiuddin Dullah, Sp.PD, dengan jabatan sebelumnya sebagai Wakil Direktur Rumah Sakit Daerah Sultra. Sedangkan Bupati hasil pemilihan rakyat untuk periode tahun 2004-2009 adalah Drs. H. Atikurahman, MS.
Pusat pemerintahan Bombana di Rumbia dan masih menempati bangunan Kecamatan Rumbia sebagai kantor kabupaten, sekitar 200 meter daridari selat kabaena. Kota ini belum dialiri listrik dari PLN selama 24 jam. Sehari-hari masyarakat memakai listrik dari Mesin Diesel yang hanya dinyalakan mulai jam 18.00 hingga jam 14.00 WITA, atau hanya 18 jam.

Pemerintahan Desa

Pada tahun 2005 di Kabupaten Bombana terdapat 67 desa dan 12 kelurahan, dengan klasifikasi sebanyak 28 Desa/Kelurahan atau 35,44 persen merupakan desa swadaya, 25 Desa/Kelurahan atau 31,65% merupakan desa swakarya, serta 26 Desa/Kelurahan termasuk kriteria desa swasembada.

Kependudukan dan Tenaga Kerja

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk menurut hasil Sensu Penduduk (SP) tahun 200 berjumlah 98.568 jiwa, yang terdiri dari 48.896 jiwa laki-laki dan 49.672 jiwa perempuan. Tahun 2003 tercatat jumlah penduduk sebanyak 105.498 jiwa, sehingga laju pertumbuhan penduduk pertahun selama 3 tahun sebesar 2,34% pertahun. Penduduk pada tahun 2005 sebanyak 110.029 jiwa, tercatat jumlah penduduk laki-laki sebanyak 54.638 jiwa (49,66%) dan perempuan 55.394 jiwa (50,34%).

Persebaran Penduduk

Pada tahun 2005 terlihat bahwa 22,59% jumlah penduduk berada di Poleang Timur, 17,94% berada di Poleang, 16,75% berada di Kabaena, 12,40% penduduk berada di Rarowatu dan 7,84% berada di Kabaena Timur. Kecamatan yang paling padat penduduknya pada tahun 2005 adalahPoleang sebesar 55 jiwa/km2 sedangkan Kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Rarowatu dan Kabaena Timur masing-masing 23 jiwa/km2.

Tenaga Kerja

Penduduk usia 10 tahun ke atas bila ditinjau dari segi ketenagakerjaan merupakan penduduk usia kerja yakni sebanyak 82.154 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 40.714 jiwa atau 57,46% dan perempuan sebanyak 41.440 jiwa atau sebesar 23,28% dari jumlah penduduk. Dari usia kerja tersebut terdapat angkatan kerja sebanyak 44.289 jiwa dan bukan angkatan kerja sebanyak 37.865 jiwa. Dari angkatan kerja sebanyak 44,289 jiwa terdiri dari yang bekerja sebanyak 38.677 jiwa atau 87,33% atau 53,91% terhadap penduduk usia kerja dan penggangguran terbuka sebanyak 5.612 atau sebesar 12,67%. Dari 37.865 jiwa yang bukan merupakan angkatan kerja terdiri dari sekolah 15.128 jiwa atau 39,95%, mengurus rumah tangga dan lainnya sebesar 22.737 jiwa atau 60,05%.

Sosial

Pendidikan

Jumlah SekolahTaman Kanak-Kanak tahun 2003 sebanyak 26 buah, tahun 2004 naik menjadi 40 buah dan pada tahun 2005 turun menjadi 37 buah. Sementara itu jumlah Guru Taman Kanak-Kanak pada tahun 2003 sebanyak 63 orang, tahun 2004 menjadi 101 orang, dan pada tahun 2005 menjadi 51 orang. Begitu pula dengan jumlah murid tahun 2003 sebanyak 995 orang, naik menjadi 1061 orang pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 1.174 orang pada tahun 2005. Pada tahun 2005 rasio antara guru terhadap sekolah rata-rata 1 orang murid terhadap sekolah rata-rata 32 orang dan murid terhadap guru rata-rata 23 orang.
Untuk jenjang Pendidikan Sekolah Dasar jumlah sekolah pada tahun 2003 sebanyak 131 buah, tahun 2004 juga 131 buah dan pada tahun 2005 menjadi sebanyak 123 buah. Sementara itu jumlah Guru pada tahun 2003 sebanyak 908 orang, tahun 2004 menjadi 838 orang dan tahun 2005 menurun menjadi 810 orang. Begitupula jumlah murid tahun 2003 sebanyak 18.249 orang, tahun 2004 sebanyak 17.389 orang dan tahun 2005 sebanyak 13.949 orang. Pada tahun 2005 rasio antara guru terhadap sekolah rata-rata 7 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 113 orang dan rasio murid terhadap guru rata-rata 17 orang.
Pada jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama jumlah (SLTP) pada tahun 2003 sebanyak 25 buah pada tahun 2004 menjadi 29 buah dan pada tahun 2005 menjadi 17 buah. Akan halnya jumlah guru pada tahun 2003 sebanyak 381 orang, tahun 2004 sebanyak 172 orang dan tahun 2005 menjadi hanya 158 orang. Sedangkan jumlah murid tahun 2003 sebanyak 1. 746 orang, tahun 2004 naik menjadi 4.835 orang dan pada tahun 2005 menjadi 3.376 orang. Tahun 2005 rasio antara guru terhadap sekolah rata-rata 9 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 199 orang dan rasio antara murid terhadap guru rata-rata 21 orang.
Untuk jenjang pendidikanSLTA jumlah sekolah tahun 2003 sebanyak 5 buah, tahun 2004 sebanyak 11 buah dan tahun 2005 menjadi 8 buah. Sementara itu jumlah guru pada tahun 2003 sebanyak 82 orang, tahun 2004 menjadi 105 orang dan tahun 2005 menjadi hanya 68 orang. Begitu pula dengan jumlah murid tahun 2003 sebanyak 1.516 orang, tahun 2004 sebanyak 2.606 orang dan tahun 2005 menjadi 1.878 orang. Sementara itu pada tahun 2005 rasio antara guru terhadap sekolah rata-rata 9 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 235 orang dan rasio murid terhadap guru rata-rata 28 orang.

Kesehatan

Di Kabupaten Bombana pada tahun 2005 ini terdapat 1Rumah Sakit Umum, kemudian Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dengan perawatan sebanyak 5 unit yang tersebar pada 5 Kecamatan dari 7 Kecamatan yang ada. Puskesmas Pembantu sebanyak 34 unit, Puskesmas Keliling Roda 4 sebanyak 7 unit, Puskesmas Keliling Boat 1 buah danPos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebanyak 180 unit. Tenaga kesehatan terdapat Dokter Umum sebanyak 4 orang, dokter gigi belum ada, SKM sebanyak 2 orang, paramedis sebanyak 115 orang.

Agama

Pada tahun 2005 jumlah penduduk menurut agama adalah Islam sebanyak 107.029 orang, Katholik sebanyak 24 orang, Protestan sebanyak 685 orang dan Hindu sebanyak 271 orang. Tempat ibadah menurut agama pada tahun 2005: Mesjid sebanyak 172 buah, Mushallah 28 buah,  Gereja 9 buah dan Pura sebanyak 6 buah.

Lainnya

Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Bombana mulai tahun 2000 – 2005 berupa bencana banjir sebanyak 3 kasus dankebakaran sebanyak 4 kasus.

Ekonomi

Pertanian dan Perkebunan

Pada tahun 2005 produksi  padi sawah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun  2004 yaitu dari 44.334 ton tahun 2004 meningkat menjadi 61.132 ton tahun 2005. Naiknya produksi ini diikuti pula dengan meningkatnya luas panen dari 9.852 Ha pada tahun 2004 menjadi 13.585 pada tahun 2005.
Produksi buah-buahan yang terbanyak adalah pisang yaitu 1.011 Kw diikuti oleh jeruk sebanyak 284 Kw, mangga sebanyak 122 Kw, sedangkan buah-buahan yang paling sedikit produksinya adalah sukun yang hanya sebanyak 6 Kw.
Produksi tanaman sayur-sayuran pada tahun 2005 adalah kacang panjang, cabai/lombok, tomat, terung, bayam dan semangka. Produksi sayur-sayuran yang terbanyak adalah semangka sebanyak 48 Kw, menyusul terung 24 Kw dan kacang panjang sebanyak 8 Kw.
Pada tahunyang sama produksi perkebunan rakyat yang tertinggi adalah kelapa dalam yaitu sebanyak 14.641,98 ton, menyusul Kakao 10.201,54 ton, jambu mete 5.569,35 ton, kelapa hibrida 2.136,63 ton, aren/enau 1.214 ton, kopi 549,7 ton sedangkan yang terendah produksinya adalah tanaman pala yang hanya mencapai satu ton.

Kehutanan

Produksi rotan pada tahun 2005 sebesar 409.400 ton, dengan produksi terbanyak dihasilkan oleh Kecamatan Rarowatu sebesar 249.400 ton, sedangkan produksi kayu jati logs sebesar 3.250 ton, kayu jati gergajian sebesar 2.719 ton, kayu rimba logs sebanyak 590,4 ton dan kayu rimba gergajian sebesar 926 ton. Hutan lindung di Kabupaten Bombana tahun 2005 seluas 68.971 ha atau 28,61% dari jumlah hutan secara keseluruhan, menyusul hutan produksi seluas 66.200 ha (28,41%) hutan wisata/PPA seluas 44.900 ha (19,27%), hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 31.000 ha (13.30%), dan hutan produksi terbatas seluas 21.279 ha (9,13%).

Peternakan dan Perikanan

Populasi ternak besar yang terdiri dari sapi, kerbau, kuda pada tahun 2005 secara berturut-turut adalah 21.287 ekor, 1.078 ekor, dan 1.545 ekor. Bila dibandingkan dengan tahun 2004 sapi mengalami peningkatan sebesar dimana tahun 2004 mencapai 21.555 ekor dan tahun 2005 meningkat menjadi 21.827 ekor. Ternak kerbau jika dibandingkan dengan tahun 2004 mengalami kenaikan dari 1.075 pada tahun 2004 menjadi 1.078 ekor pada tahun 2005. Begitu juga dengan ternak kuda, mengalami penurunan populasi, dimana pada tahun 2004 mencapai 1.568 ekor, tahun 2005 hanya mencapai 1.545 ekor.
Produksi perikanan tahun 2005 sebanyak 20.667,68 ton yang terdiri dari perikanan laut sebanyak 18.662,5 ton perikanan darat (tambak) sebanyak 1.845,9 ton secara budidaya laut sebanyak 159 ton. Wilayah yang menghasilkan produksi perikanan terbanyak adalah Kecamatan Rumbia sebesar 16.215,9 ton dan yang terendah Kecamatan Rarowatu hanya mencapai 39,64 ton.
Pada umumnya alat penangkap ikan masih tradisional terdiri dari pukat kantong sebanyak 59 unit, pukat cincin 5 unit jaring insang 553 unit jaring angkat 76 unit pancing 28.130 unit, perangkap 1.742 unit dan lainnya sebanyak 1.498 unit. Jumlah KK nelayan tahun 2005 adalah sebanyak 2.501 KK.

Industri

Pada tahun 2005 perusahaan industri yang berbadan hukum terdapat 27 unit industri kecil dengan 106 tenaga kerja yang tersebar di 7 Kecamatan. Penggalian golongan C ada beberapa jenis komoditi yang cukup potensial dan telah dieksplorasi, yaitu batu koral, pasir, kapur, pasir kuarsa dan tanah liat.
Pada Tahun 2008 telah ditemukan jenis komoditi emas yang tersebar di sepanjang sungai di wilayah Kecamatan Rarowatu dan Rarowatu Utara

Perdagangan

Komoditi-komoditi potensial yang diperdagangkan antar pulau antara lain adalah hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Total volume komoditi yang diperdagangkan untuk tahun 2005 adalah sebesar 276.413,6 ton dengan nilainya sebesar Rp. 190.844.564.000. Komoditi kehutanan merupakan komoditi yang tertinggi diperdagangkan yaitu sebesar 259.867,751 ton dengan nilai sebesar Rp. 51.880.182.000, menyusul komoditi perkebunan sebesar 14.071.200 ton dengan nilai sebesar Rp. 123.831.900.000.
Sedangkan yang terendah adalah komoditi pertanian tanaman pangan yang hanya mencapai 7,30 ton dengan nilai sebesar Rp. 24.700.000, menyusul peternakan sebesar 14,248 ton dengan nilai sebesar Rp. 60.200.000.

Komunikasi dan Transportasi

Komunikasi di Bombana mengalami sedikit hambatan, telepon kabel belum tersambung dan baru 2 operator telepon seluler yang beroperasi dengan jumlah BTS yang terbatas.
Di bombana terdapat pelabuhan kapal cepat dan kapal biasa yang melayani rute ke Kota Baubau beroperasi hanya bila tanggal genap. Penyeberangan dari Rumbia ke Baubau dapat ditempuh dalam tempo tiga jam. Sementara dengan kapal biasa memakan waktu sembilan jam.
Angkutan umum yang melayani rute dari pusat pemerintahan kabupaten ke Ibu Kota Provinsi, yakni Kendari berakhir pukul satu siang. Angkutan lalu lintas dari atau menuju Kota Kendari melalui jalan di tengah Taman Nasional Rawa Aopa yang merupakan penangkaran Rusa yang sudah cukup langka.

Referensi

Sumber

Kabupaten Bombana dalam Angka 2005, Katalog BPS: 1403.74

[Read More...] - MENGENAL UTUH BOMBANA